KASUARI DAN DARA MAHKOTA
Oleh: Rayona Tampubolon
Seperti
biasa, Kasuari dan teman-temannya tengah mencari makan dengan mengandalkan
sayap mereka. Namun, keberuntungan selalu berpihak kepada Kasuari karena
memiliki sayap yang lebar. Ia bisa terbang dengan cepat ke atas pohon-pohon dan dengan cepat
mencari makan di atas tanah. Ia selalu menyembunyikan makanan di balik sayapnya.
“Biarin,” pikirnya. “Salah mereka
sendiri tidak memiliki sayap sepertiku. Mereka sangat kecil. Sayap mereka juga
kecil. Siapa cepat, dia dapat.”
Burung Pipit sangat kesal dan marah
karena tidak menyukai kesombongan Kasuari. Burung Pipit memutuskan untuk
mengadakan perlombaan terbang, namun tidak ada di antara mereka yang berani
melawan kehebatan Kasuari.
Dara Mahkota menghampiri burung
Pipit, “saya berani bertanding dengan Kasuari.”
“Apa?! Kamu mau melawan aku? Kamu
hanyalah burung kecil dengan sayap yang sangat kecil! Sayapmu tidak ada
apa-apanya!”
Burung Pipit yang menjadi juri, mengumumkan
bahwa perlombaan terbang akan diadakan minggu depan, “baiklah pertandingan akan
disaksikan oleh semua burung di negeri Papua ini. Siapa di antara kalian yang bisa
terbang paling jauh dan lama, akan menjadi pemenang.”
“Ya, ampun. Kalau begitu saja jelas
aku yang jadi pemenang. Di negeri Papua ini, tidak ada burung yang memiliki
sayap sehebat dan sekuat sayapku! Jadi akulah yang akan jadi pemenang! Tapi,
baiklah, aku terima tantangannya. Lumayan untuk olahraga. Hahaha....,” ujar
Kasuari pongah sambil mengepak sayapnya terbang sangat tinggi dan secepat kilat
bisa kembali lagi.
Burung Pipit kecewa mendengar ucapan
Kasuari, “tapi ada ketentuannya, Kasuari. Sebelum bertanding, peserta boleh
saling mematahkan sayap lawannya.” Kasuari pun menerima tanpa ragu.
***
Seminggu kemudian, warga burung
berkumpul. Meski tidak yakin, mereka berharap Dara Mahkota bisa menang. Dara
Mahkota sangat cerdik, ia menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya.
“Ini lawanku? Wahai, burung kecil,
apa kamu mimpi bisa melawanku? Sayapmu tidak sebanding dengan sayapku!” tukas
Kasuari.
Kasuari maju dan siap bertanding.
Kasuari mematahkan sayap Dara Mahkota. Kreeekk.
Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota berpura-pura kesakitan. Lalu
dengan cekatan, Dara Mahkota maju dan mematahkan sayap Kasuari dengan sekuat
tenanganya. Kreeekk. Kasuari
menjerit. Sayapnya tergantung lemas, namun ia tetap sombong.
Perlombaan dimulai. Dara Mahkota
dengan ringan terbang ke udara. Sayapnya yang mungil tampak mudah membawa
tubuhnya ke angkasa. Kasuari tercengang. Ia heran melihat Dara Mahkota bisa
terbang meski sayapnya sudah patah. Ia malu dan panik karena sayapnya tidak
bisa dikepakkan. Tubuhnya sangat berat. Ia berusaha terbang, tetapi tubuhnya
selalu jatuh ke tanah. Semua burung bersorak melihat wajah Kasuari yang
memelas. Akhirnya, Kasuari pun tidak bisa terbang lagi. Kasuari menjadi burung
yang sangat malang. Ia selalu berjalan kaki ke mana-mana. Ia mencari makan di
atas tanah, sama seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.
Hikmah
Cerita:
Kita tidak boleh
sombong dengan segala yang kita miliki. Kita harus bersikap manis dengan
kelebihan kita dan jangan meremehkan teman. Kita boleh cerdik, tapi harus jujur
dalam sebuah perlombaan, agar kita bahagia ketika sudah menjadi pemenang.
SUMBER: ANALISA MINGGU, 14 SEPTEMBER 2014

Tidak ada komentar:
Posting Komentar