Senin, 18 Mei 2015

CERITA ANAK

KASUARI DAN DARA MAHKOTA

Oleh: Rayona Tampubolon

            Seperti biasa, Kasuari dan teman-temannya tengah mencari makan dengan mengandalkan sayap mereka. Namun, keberuntungan selalu berpihak kepada Kasuari karena memiliki sayap yang lebar. Ia bisa terbang dengan  cepat ke atas pohon-pohon dan dengan cepat mencari makan di atas tanah. Ia selalu menyembunyikan makanan di balik sayapnya.
            “Biarin,” pikirnya. “Salah mereka sendiri tidak memiliki sayap sepertiku. Mereka sangat kecil. Sayap mereka juga kecil. Siapa cepat, dia dapat.”
            Burung Pipit sangat kesal dan marah karena tidak menyukai kesombongan Kasuari. Burung Pipit memutuskan untuk mengadakan perlombaan terbang, namun tidak ada di antara mereka yang berani melawan kehebatan Kasuari.
            Dara Mahkota menghampiri burung Pipit, “saya berani bertanding dengan Kasuari.”
            “Apa?! Kamu mau melawan aku? Kamu hanyalah burung kecil dengan sayap yang sangat kecil! Sayapmu tidak ada apa-apanya!”

            Burung Pipit yang menjadi juri, mengumumkan bahwa perlombaan terbang akan diadakan minggu depan, “baiklah pertandingan akan disaksikan oleh semua burung di negeri  Papua ini. Siapa di antara kalian yang bisa terbang paling jauh dan lama, akan menjadi pemenang.”
            “Ya, ampun. Kalau begitu saja jelas aku yang jadi pemenang. Di negeri Papua ini, tidak ada burung yang memiliki sayap sehebat dan sekuat sayapku! Jadi akulah yang akan jadi pemenang! Tapi, baiklah, aku terima tantangannya. Lumayan untuk olahraga. Hahaha....,” ujar Kasuari pongah sambil mengepak sayapnya terbang sangat tinggi dan secepat kilat bisa kembali lagi.
            Burung Pipit kecewa mendengar ucapan Kasuari, “tapi ada ketentuannya, Kasuari. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya.” Kasuari pun menerima tanpa ragu.
            ***
            Seminggu kemudian, warga burung berkumpul. Meski tidak yakin, mereka berharap Dara Mahkota bisa menang. Dara Mahkota sangat cerdik, ia menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya.
            “Ini lawanku? Wahai, burung kecil, apa kamu mimpi bisa melawanku? Sayapmu tidak sebanding dengan sayapku!” tukas Kasuari.
            Kasuari maju dan siap bertanding. Kasuari mematahkan sayap Dara Mahkota. Kreeekk. Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota berpura-pura kesakitan. Lalu dengan cekatan, Dara Mahkota maju dan mematahkan sayap Kasuari dengan sekuat tenanganya. Kreeekk. Kasuari menjerit. Sayapnya tergantung lemas, namun ia tetap sombong.
            Perlombaan dimulai. Dara Mahkota dengan ringan terbang ke udara. Sayapnya yang mungil tampak mudah membawa tubuhnya ke angkasa. Kasuari tercengang. Ia heran melihat Dara Mahkota bisa terbang meski sayapnya sudah patah. Ia malu dan panik karena sayapnya tidak bisa dikepakkan. Tubuhnya sangat berat. Ia berusaha terbang, tetapi tubuhnya selalu jatuh ke tanah. Semua burung bersorak melihat wajah Kasuari yang memelas. Akhirnya, Kasuari pun tidak bisa terbang lagi. Kasuari menjadi burung yang sangat malang. Ia selalu berjalan kaki ke mana-mana. Ia mencari makan di atas tanah, sama seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.

Hikmah Cerita:
Kita tidak boleh sombong dengan segala yang kita miliki. Kita harus bersikap manis dengan kelebihan kita dan jangan meremehkan teman. Kita boleh cerdik, tapi harus jujur dalam sebuah perlombaan, agar kita bahagia ketika sudah menjadi pemenang.

SUMBER: ANALISA MINGGU, 14 SEPTEMBER 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar