Sungai Deli di
Atas Kanvas
(Oleh: Rayona Tampubolon)Selain mudah beradaptasi, air mampu melunakkan apapun yang ada di sekitarnya. Tanah, kayu, bahkan batu sekalipun. Air dalam wujud murninya juga bersifat meneduhkan dan memberi kesegaran. Selain itu air juga mampu menenangkan jiwa kita yang berapi-api. Dengan memiliki sifat air maka kita mampu memadamkan emosi seseorang yang membara dengan kata-kata yang mampu meneduhkan hatinya. Milikilah sifat air yang mengalir dari yang rendah tanpa menghiraukan apa yang ada di sekitarnya.
Akan
tetapi air juga bisa menjadi malapetaka, meluluhlantakkan dan menghancurkan
segala sesuatu yang ada di sekitarnya bahkan mampu menghancurkan
bangunan-bagunan raksassa sekalipun. Terlebih jika manusia sudah tidak mampu
lagi menjaga kebersihan air dan bahkan sengaja mencemarkannya.
Dalam sebuah Pameran Seni Lukis pada
PPSS XV yang diselenggarakan di TBSU beberapa waktu lalu, penulis cukup terharu
saat sedang mewawancarai seorang seniman lukis, Panji Sutrisno yang beberapa
lukisannya dipamerkan ketika itu di Gedung Pameran. Sebagian besar lukisan
beliau (Panji Sutrisno) cukup berhasil menarik perhatian penulis. Namun yang
paling membuat penulis terkesima adalah lukisan yang diberi judul “Sungai
Deli”.
“Apa makna dari lukisan ini, Pak?”
penulis membuka perbincangan setelah beberapa saat berkenalan. “Oh…, makna
lukisan ini adalah untuk mengangkat filosofi air. Kita tahu sendiri bahwa air
adalah sumber kehidupan, namun di balik itu semua air juga bisa membunuh kita
apabila kita tak mampu menjaganya dan menyalah-gunakannya…” beliau menjelaskan
dengan tenang namun tegas. “Sesungguhnya bebatuan, pepohonan, awalnya berasal
dari air. Kemudian tubuh kita juga, hampir 95,5% mengandung air…” beliau
menambahkan.
Selain lukisan “Sungai Deli” bebarapa karya dari pelukis yang sama, Panji Sutrisno, sangat mampu menarik perhatian para penikmat seni yang datang menyaksikan pameran tersebut, yakni: “Setapak Sirih”, “Momong Cucu”, “Kehidupan Sosial di Pantai”, “Ketika Hujan Reda” dan “Rumah Adat Karo”. Menurut penulis, kesemuanya lukisan Panji Sutrisno sangatlah unik. Tak heran banyak siswa yang berbondong-bondong untuk melihat lukisan-lukisan beliau. Menurut pandangan penulis sendiri beliau adalah salah sau pelukis hebat dan berbakat yang ada di Sumatera Utara. Penulis sungguh kagum akan karya-karyanya yang mampu memberikan banyak inspirasi, terlebih kepada penulis sendiri.
“Sebarapa besar rasa kagum Bapak
terhadap air? Saya melihat lukisan Bapak dominan mengandung air..” penulis
membuka pertanyaan kedua.
“Oh.., seperti yang saya katakan
tadi, bahwa air adalah sumber kehidupan manusia dan alasan saya hanya untuk
menunjukkan betapa besar kegunaan air bagi kehidupan umat manusia di muka bumi
ini. Begitu pun mahluk hidup lainya, tumbuhan dan hewan. Apabila tak ada air, makan hidup kita
yang akan menjadi taruhannya..” tegas beliau.
“Benar…!” gumamku dalam hati.
Penulis mendapat banyak pembelajaran dari lukisan-lukisan beliau yang banyak
mengandung air. Dan penulis berjanji untuk tidak menyalah-gunakan air dan
menggunakannya sebaik-baiknya sesuai kebutuhan.
“Apakah
kondisi Sungai Deli saat ini, masih seindah lukisan Bapak ini?” penulis kembali
bertanya.
“Tidak! Bahkan saat ini, Sungai Deli
sudah sangat sering meluap dan mengakibatkan rumah-rumah warga terendam banjir.
Hal ini sangat mengkhawatirkan dan cukup membuat panik. Pasalnya, Sungai Deli
yang dulunya indah, kini telah dijadikan tempat pembuangan limbah dan
sampah-sampah warga setempat. Seperti yang saya katakana tadi, bahwa air bisa
membunuh manusia, apabila kita (manusia) tak mampu menjaga dan melestarikannya.
Sungai Deli yang sekarang ini, tak lagi seindah Sungai Deli yang saya lukis di
atas kanvas ini..” beliau seperti membawa penulis pada kenangan keindahan
Sungai Deli di masa lampau.
Sungai
Deli yang indah, tinggal kenangan…
**
“Mengapa
Bapak tidak melukis Sungai Deli yang sudah tercemar?” kembali saya mengajukan
pertanyaan. “Dalam hal melukis sesungguhnya kita tidak harus menggambarkan
situasi yang sebenarnya. Dalam lukisan saya ini ada yang saya kurangi dan ada
yang saya tambahkan dari keberadaan sungai Deli agar lukisan terlihat lebih
indah. Dan yang paling penting yang harus dimiliki seniman atau sastrawan
adalah apabila dia mampu merekam alam dengan sebaik mungkin dan mampu mengerti
karya.”
Sifat
manusia memang tidak pernah puas bahkan kadang tak mampu menghargai lingkungan
yang sudah memberikan sejuta keindahan. Seharusnya kita mampu menghargai dan
menjaga lingkungan kita agar tetap asri. Apabila kita bisa memberikan yang
terbaik untuk alam, maka alam pun akan demikian, namun nyatanya warga yang
bertempat tinggai di Muara tidak mampu menjaga sungai Deli bahkan
mencemarkannya dan menjadikannya limbah. Padahal bagi sebagian orang sungai
deli bisa menjadi sumber pencahariaannya. Kita bisa melihat betapa dahsyatnya
air yang mampu memberikan pelajaran bagi manusia yang tak mampu menghargai dan
menjaganya.
Sungai
Deli yang dipajang di atas kanvas tidak lagi seindah sungai Deli yang sekarang
ini. Mungkin Panji Sutrisno secara tidak sengaja mengajak warga Sungai Deli
untuk menjaga dan menggunakan Sungai Deli lewat lukisannya agar mampu
membandingkan dan menyadari betapa indahnya sungai Deli itu.
SUMBER: BATAK POS, 1 DESEMBER 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar