Minggu, 13 Maret 2016

PUISI

PENCURI TAKDIR
: M. Aan Mansyur
Oleh: Rayona Tampubolon

Aku tahu, ada remaja abadi yang tidak kaukenal dalam dirimu
selalu, di lembaran sama, kaumenjelma puisi
belum dirampungkan pena. Kau tak mampu membedakan
antara menghadapi tulisan dan berdiri di tepian danau.
Kaujatuhkan diri ke tengah-tengah danau ketika belum
jadi bangkai atau hantu

katamu, kau dan seorang gadis di sekolahmu pernah saling
mencinta. Kau bagaikan orang bodoh di depan gadis itu. Kauingin
menjadi sihir dan gadis itu percaya pada keajaiban

kauingin sihir itu tampak lebih nyata dari tulisan atau
lebih hidup dari segala yang ada di dalam lembaran
tapi kau tak ingin cinta jadi tangga yang menghambat
dan merendahkan diri sendiri

di lembaran, kaukehilangan jejak gadis itu dan ingin
mengembalikan bekas luka di punggungnya jadi senyuman
kauterperangkap dalam bait puisi dan ingin jadi
pencuri takdir sendiri
Juni 2014




TEMBANG KESETIAAN
Oleh: Rayona Tampubolon

Telah kuhempaskan diri ke tempat tidur berdebu
menangis dengan kesedihan teramat sangat
terjun ke atas peti mati kekasih jiwa
dari lantai dua

kubiarkan tubuhku terluka
pasrah pada kematian
karena daya tarik cinta penuh hasrat
mempersatukan yang terpisah
           
mereka gemetar dan kagum
melihat kita terbaring selamanya
berselimut debu
Agustus 2014





CATATAN PERJALANAN
Oleh: Rayona Tampubolon


Kata perempuan itu kepada kekasihnya:
“aku rela membiarkan kakekku petapa yang berkelana
demi engkau, kekasih jiwa.
Sebab inilah yang dilakukan oleh cinta, si pembuat masalah”
Agustus 2014





Sumber: Analisa, Minggu, 21 Februari 2016

2 komentar: