GELIAT SASTRA DI DUNIA MAYA
Oleh: Rayona Tampubolon
Sastra di dunia maya atau sebut saja
sastra cyber telah muncul di
Indonesia sejak tahun 90-an, berawal dari terbitnya antologi puisi Graffiti Gratitude pada Mei 2001. Kehadiran
satra cyber ini pun cukup diapresiasi
oleh berbagai penulis Indonesia. Saya mengatakan demikian karena tidak
sedikitnya penulis-penulis di dunia maya yang cukup aktif mengirimkan tulisan
dan kritiknya di laman cybersastra,
komunitas-komunitas sastra di facebook
dan di twitter contohnya grup Sastra
Minggu, komunitas penyair Indonesia-Malaysia, grup penulis puisi Haiku dan
sebagainya. Tulisan-tulisan yang di”bagikan” pun cukup banyak, baik panjang dan
pendek beserta apresiasi-apresiasi tentang tulisan dari penulis lain. Akan
tetapi, meskipun cukup diapresiasi, geliat sastra di dunia maya ternyata
menimbulkan polemik: pro dan kontra. Ada yang menganggap kehadiran sastra cyber memberi dampak positif dan apa
pula yang menganggap kehadiran sastra cyber
memberi dampak negatif bagi khasanah sejarah sastra Indonesia.
Dampak
Positif dan Negatif Hadirnya Sastra Cyber
Sastra
cyber atau sastra “maya” adalah
sastra yang menggunakan internet sebagai mediumnya. Jika selama ini sastra
menggunakan koran, buku dan majalah sebagai mediumnya, maka seiring dengan
perkembangan teknologi, internet cukup fenomenal digunakan oleh penulis sebagai
medianya untuk menulis, menuangkan kreatifitasnya seperti di blog, laman sastra
dan grup komunitas-komunitas sastra di facebook.
Prof. Irwan Abu Bakar seorang
penulis asal Malaysia ketika menyampaikan materinya dalam acara seminar yang
bertajuk “Perkembangan Sastra Cyber di Indonesia dan Malaysia” di UMSU beberapa
hari lalu mengatakan, “Cyber adalah
medium. Mari kita berkarya di dunia cyber.
Siapa bilang sastra cyber tidak
berkualitas? Kita akan kumpulkan karya-karya bermutu dari cyber dan akan kita bukukan.”
Selain itu, Prof. Irwan juga
mengatakan bahwa tidak selamanya puisi-puisi yang terbit di media cetak koran
lebih berkualitas. Menurutnya, yang menyeleksi karya-karya sastra di media
cetak koran adalah seorang redaktur atau editor yang juga adalah seorang
manusia yang bahkan bukanlah seorang ahli sastra. Jadi jika berhubungan dengan kualitas
atau mutu, media cetak belum tentu lebih baik dari media cyber dan juga bukanlah penentu layak atau tidak layaknya suatu
karya dikatakan sastra atau tidak.
Sekadar membagi pengalaman, Prof.
Irwan juga menyampaikan bahwa awal pertama ia menulis adalah di dunia maya,
bukan di media cetak, meskipun selanjutnya karya-karyanya dibukukan. Selanjutnya,
ia juga memaparkan bahwa karya sastra di dunia maya (cyber) jika dipindahkan ke media cetak, bukanlah karya cyber yang sebenarnya. Sebab
tulisan-tulisan yang dimuat di internet mempunyai animasi yang menarik dan
mempunyai banyak laman atau ruang seperti ruang puisi, ruang cerpen dan ruang
novel.
Berbeda dengan tanggapan Prof.
Irwan, Yulhasni yang juga seorang pemateri di acara seminar tersebut mengatakan
bahwa sastra cyber tidak akan bertahan
lama, waktu yang akan menentukan seberapa lama sastra di dunia maya akan
bertahan. Memang tak bisa dipungkiri bahwa dengan hadirnya sastra cyber akan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan dan wacana-wacana yang tak akan pernah habisnya untuk
diperdebatkan.
Kehadiran sastra cyber juga sebenarnya tidak boleh
langsung ditolak atau tidak diterima. Hadirnya sastra cyber barangtentu adalah karena terbatasnya media yang dapat
menampung karya-karya sastra para penulis. Lain dari itu, setiap koran dan
majalah mempunyai kriteria atau corak dan warnanya tersendiri, sesuai dengan
keinginan koran dan redakturnya. Maka para penulis tidak bebas berkreatifitas,
tidak bebas menuangkan pemikiran-pemikirannya. Media cetak juga acapkali
menggolong-golongkan seorang penulis layak atau tidak layak dikatakan seorang
sastrawan atau tidak. Karyanya berkualitas atau tidak. Padahal esksistensi dari
karya sastra, bermutunya sebuah karya sastra dilihat dari apresiasi pembaca
karya sastra serta ahli-ahli sastra, kritikus sastra yang menimbang karya
sastra.
Dan tak bisa dipungkiri juga bahwa
seseorang yang berhasil menembus koran Kompas, Media Indonesia, Majalah Horison
dan media cetak besar lainnya, telah dikatakan bahwa ia adalah sastrawan
Indonesia. Padahal belum tentu, sebab semua tulisan berada di bawah naungan
seorang redaktur.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan
adalah hadirnya sastra cyber akan
meningkatkan atau akan semakin mempermudah seseorang untuk membaca semua karya
sastra di Indonesia maupun di luar negeri. Dan tentu saja, dengan mudahnya
membaca karya sastra dari internet akan semakin memperbesar peluang untuk
menduplikasi karya sastra karena belum adanya Undang-undang yang konkrit
mengenai hal tersebut. Selain itu, apakah penulis-penulis di media sastra cyber akan mendapat honorarium seperti halnya
dengan penulis-penulis di media cetak?
Banyak hal yang akan diperdebatkan.
Sastra cyber masih belum sepenuhnya disambut
baik oleh semua sastrawan-sastrawan Indonesia, khususnya sastrawan senior. Meskipun
kelak akan disambut baik, agaknya harus ada badan-badan khusus yang mengelola
atau memberi perhatian khusus tentang sastra di dunia maya. Adanya seleksi
ketat yang diberdayakan agar tidak sembarang karya yang diterima. Lain dari
itu, harus tahu bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk memasyarakatkan
sastra cyber, sebab seperti ungkap
Teja Purnama, sastra di media cetak koran terbatas. Oleh sebabnya internet
dapat dilakukan sebagai media untuk membagikan tulisan yang telah terbit di
media cetak koran tersebut agar dapat dibaca semua orang. Namun, yang
menggunakan internet untuk membaca karya sastra pun masih terbatas.
Karya sastra merupakan bagian dari
kebudayaan suatu bangsa. Kebudayaan pun sifatnya dapat berkembang atau bergeser
seiring dengan perkembangan zaman. Saat ini, kita tengah berada di era cyber. Menjadi persoalan adalah, apakah
dengan hadirnya sastra cyber akan
mendukung masyarakat Indonesia untuk membaca karya sastra?
Penulis adalah alumni FKIP Bahasa
dan Sastra Indonesia UHN--Medan dan aktif bergiat di KSI-Medan.
Sumber: Analisa Minggu, 27 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar