Sabtu, 10 Oktober 2015

CERITA ANAK

PAYUNG DAN JAKET HUJAN NADIA

Oleh: Rayona Tampubolon





            Hari ini Nadia mendapat hadiah dari mama karena ia berhasil menjadi juara satu membaca puisi di sekolahnya. Namun, keceriaan tidak nampak di wajahnya. Nadia murung ketika mengetahui hadiah pemberian mama.
            Nadia menghela nafas, “Ah, mama. Hadiahnya kok payung dan jaket sih? Mama kan tahu, kalau Nadia suka menggambar dan membaca buku dongeng. Harusnya mama beli aku buku gambar dan cat warna.”
            Mama berusaha menenangkan Nadia dan mendekatinya. “Loh, kok Nadia jadi pilih-memilih hadiah. Mama beli jaket dan payung, karena akhir-akhir ini musim penghujan, sayang.”
            Nadia tetap cemberut. Ia sama sekali tidak menyukai hadiah pemberian mama. “Ma, kemarin kan papa sudah membelikan payung untuk Nadia. Lagian, jaket Nadia juga masih banyak di lemari. Padahal, uangnya udah bisa membeli beberapa buku dongeng.”
            “Ya, sudah. Bulan depan, mama akan membelikan buku dongeng keinginanmu, tapi payung dan jaket ini, Nadia simpan di lemari ya. Nanti, Nadia pasti membutuhkannya.” Mama menasihati.

ESAI SASTRA

GELIAT SASTRA DI DUNIA MAYA

Oleh: Rayona Tampubolon


            Sastra di dunia maya atau sebut saja sastra cyber telah muncul di Indonesia sejak tahun 90-an, berawal dari terbitnya antologi puisi Graffiti Gratitude pada Mei 2001. Kehadiran satra cyber ini pun cukup diapresiasi oleh berbagai penulis Indonesia. Saya mengatakan demikian karena tidak sedikitnya penulis-penulis di dunia maya yang cukup aktif mengirimkan tulisan dan kritiknya di laman cybersastra, komunitas-komunitas sastra di facebook dan di twitter contohnya grup Sastra Minggu, komunitas penyair Indonesia-Malaysia, grup penulis puisi Haiku dan sebagainya. Tulisan-tulisan yang di”bagikan” pun cukup banyak, baik panjang dan pendek beserta apresiasi-apresiasi tentang tulisan dari penulis lain. Akan tetapi, meskipun cukup diapresiasi, geliat sastra di dunia maya ternyata menimbulkan polemik: pro dan kontra. Ada yang menganggap kehadiran sastra cyber memberi dampak positif dan apa pula yang menganggap kehadiran sastra cyber memberi dampak negatif bagi khasanah sejarah sastra Indonesia.
            Dampak Positif dan Negatif Hadirnya Sastra Cyber
            Sastra cyber atau sastra “maya” adalah sastra yang menggunakan internet sebagai mediumnya. Jika selama ini sastra menggunakan koran, buku dan majalah sebagai mediumnya, maka seiring dengan perkembangan teknologi, internet cukup fenomenal digunakan oleh penulis sebagai medianya untuk menulis, menuangkan kreatifitasnya seperti di blog, laman sastra dan grup komunitas-komunitas sastra di facebook.