MENGENAL SASTRA LISAN BATAK TOBA LEWAT SEBUAH LAGU
Oleh: Rayona Tampubolon
Sastra
lisan batak mempunyai sifat dan pembawaan yang sama dengan sastra lisan
suku lain. Dikatakan sama, sebab penyebarannya dilakukan secara lisan
batak dari mulut ke telinga. Kemudian disampaikan lagi dari mulut yang
telah mendengar ke telinga orang lain atau dengan asumsi bahwa sastra
lisan disampaikan dari mulut ke mulut -yang bersifat tradisional dalam
kurun waktu relatif tetap dan tersebar dalam waktu yang lama- dan tidak
diketahui penciptanya atau disebut dengan anonim.
Seiring perkembangan zaman sekarang ini, berkembang pulalah
bahasa-bahasa yang digunakan dalam lirik lagu batak. Tidak bisa
dipungkiri, sekarang lagu-lagu Batak telah menggunakan bilingual bahasa
atau dua bahasa sekaligus. Di satu sisi hal tersebut dapat diterima
karena kemungkinan besar, lagu Batak yang menggunakan bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris dapat membuat lagu tersebut terdengar “wah”.
Penulis sangat miris mendengar lagu-lagu batak modern sekarang ini.
Hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakpahaman generasi muda batak yang
lahir di kota - yang barangkali tidak diajari orang tuanya marhata
Batak. Ini dapat menyebabkan bahasa Batak yang mereka dengar adalah
bahasa Batak yang salah atau bisa saja disebut bahasa Batak yang tidak
baik dan benar.
Pengenalan sastra lisan batak atau katakanlah hata batak kepada
generasi muda batak sekarang ini adalah dengan menggunakan alternatif
yaitu penggunakan bahasa batak yang baik dan benar dalam lagu-lagu
batak. Satu dari beberapa lagu Batak yang dapat dikategorikan ke dalam
sastra lisan Batak adalah ciptaan Sakkan Sihombing dengan judul lagu
Tabo Ni Na Marhaha Anggi.
Lirik pertama dari lagu tersebut mengandung sebuah umpasa yang arti
atau maknya sama dengan pantun; Tampulan Si Baganding/Di Dolok Ni
Pangiringan/ Horas Hita Na Marhaha Anggi/ Marsipairing-iringan.