RENA DAN PEREMPUAN MISTERIUS
Oleh: Rayona Tampubolon
Jalan masuk ke gang Bulan tampak
lengang, padahal masih pukul tujuh malam. Rena yang baru pulang mengajar, terus melangkah—meski sesekali air
matanya bercucuran. Ia teringat pesan terakhir dari kekasihnya—yang amat sangat
menghunjamnya. Tak ada orang yang tahu atau seolah tahu bagaimana getir yang ia
rasa, kecuali perempuan yang selalu duduk di bawah pohon, di dekat rumahnya.
Sesampai di rumah kontrakan, Rena menekuni
ritualnya, menulis. Ia mematikan lampu dan menyalakan lilin. Rena tak sadar apa
yang ditulisinya, ia hanya mengikuti ke mana pena membawa imajinya. Tiba-tiba,
pada kalimat terakhir, ia mendapati dirinya menuliskan tentang sosok perempuan misterius
itu.
Perempuan di bawah pohon itu selalu
membuatnya penasaran. Setiap kali Rena pulang, perempuan itu menatapnya
tajam—seolah marah padanya. Anehnya, tatapan itu selalu terjadi ketika Rena
gamang—mengingat kekasihnya.
“Rena, sudahlah. Hubungan ini tidak
perlu lagi kita lanjut. Lagi pula orangtuamu tidak menerimaku dengan
pekerjaanku sebagai pemusik.”
Rena hanya menggigit bibir ketika
membaca ulang pesan terakhir dari kekasihnya itu.
***
