PENCURI TAKDIR
: M. Aan Mansyur
Oleh: Rayona Tampubolon
Aku
tahu, ada remaja abadi yang tidak kaukenal dalam dirimu
selalu,
di lembaran sama, kaumenjelma puisi
belum
dirampungkan pena. Kau tak mampu membedakan
antara
menghadapi tulisan dan berdiri di tepian danau.
Kaujatuhkan
diri ke tengah-tengah danau ketika belum
jadi
bangkai atau hantu
katamu,
kau dan seorang gadis di sekolahmu pernah saling
mencinta.
Kau bagaikan orang bodoh di depan gadis itu. Kauingin
menjadi
sihir dan gadis itu percaya pada keajaiban
kauingin
sihir itu tampak lebih nyata dari tulisan atau
lebih
hidup dari segala yang ada di dalam lembaran
tapi
kau tak ingin cinta jadi tangga yang menghambat
dan
merendahkan diri sendiri
di
lembaran, kaukehilangan jejak gadis itu dan ingin
mengembalikan
bekas luka di punggungnya jadi senyuman
kauterperangkap
dalam bait puisi dan ingin jadi
pencuri
takdir sendiri
Juni
2014
TEMBANG
KESETIAAN
Oleh:
Rayona Tampubolon
Telah kuhempaskan diri
ke tempat tidur berdebu
menangis dengan
kesedihan teramat sangat
terjun ke atas peti
mati kekasih jiwa
dari lantai dua
kubiarkan tubuhku
terluka
pasrah pada kematian
karena daya tarik cinta
penuh hasrat
mempersatukan yang
terpisah
mereka gemetar dan
kagum
melihat kita terbaring
selamanya
berselimut debu
Agustus
2014
CATATAN
PERJALANAN
Oleh:
Rayona Tampubolon
Kata
perempuan itu kepada kekasihnya:
“aku
rela membiarkan kakekku petapa yang berkelana
demi
engkau, kekasih jiwa.
Sebab
inilah yang dilakukan oleh cinta, si pembuat masalah”
Agustus 2014
Sumber: Analisa, Minggu, 21 Februari 2016