HUJAN DI TOBA
Oleh: Rayona Tampubolon
Sayup-sayup
kudengar cicit
burung
dari balik jendela, menerawang
langit
senja yang menghitam.
Benar
saja, aku merindukan gelak-tawa
teman
sebaya, ketika mandi di air pancuran
masih
membekas di ingatan
ketika
berlari-larian di sekitar pematang sawah
sambil
berteriak, meski gigil membuat lidah kelu
seketika,
petir membuyarkan renungan;
menghantarkan
pada realitas
sebab
kini pena dan secarik kertas memaksaku
meretaskan
kenangan, seperti ini ketika hujan
di
Toba yang sepi dan mencekam
Siahaan
Dolok, Mei 2015
PISAU PUISI
Oleh: Rayona Tampubolon
Ajari
aku menulis puisi
tentang
kegelisahan dan impian sehari-hari
tapi
kau hanya tersenyum getir
menatapku
lekat-lekat
ajari
aku menulis puisi
tentang
hujan dan rembulan
kau
tetap tersenyum, menatapku
saat
kupejam mata
kau
keluarkan pisau dari jubahmu
menghunus
tepat di jantungku.
“Inilah puisi. Sudahkah kautahu?”
ujarmu
kulihat
wajahmu bersinar
dan
menatapku nanar
April
2015


Tidak ada komentar:
Posting Komentar